Browsing, Game, Chating, Download And Uplod, Soft Drink
HIGH SPEED CONECTION

Coretan III


A Y A H
Wajahnya sudah menyiratkan ketuaannya, jalannya pun sudah tak segagah dulu, badannya pun sudah semakin kurus. Kini dia sudah sangat tua, tak nampak lagi guratan kulitnya yang segar, ya itulah proses alami yang akan dilalui oleh setiap orang yaitu menjadi tua. Laki-laki itu adalah sosok pahlawan bagi keluarganya, dulu ia tak pernah bermimpi untuk memiliki sebuah rumah, hanya ada satu tekad bahwa dia ingin anak-anaknya mengenyam bangku kuliah. Penghasilannya hanya didapatkan dari profesinya yaitu seorang guru. Saat itu gaji guru tidaklah seberapa dibandingkan sekarang, namun ia harus membiayai lima orang anaknya. Tak lelah dirinya bekerja, pagi sampai dengan sore, tak pernah ia mengeluh akan pekerjannya, tak pernah ia merasakan beban dipundaknya, hanya ada satu kata ikhlas yang terpancar di wajahnya.

Bekas-bekas keringatnya pun masih terlihat di sekelumit wajahnya, sisa-sisa perjuangannya pun masih tetap membekas dalam dirinya. Ya, dia adalah sosok ayah dalam kehidupan saya, sosoknya yang sangat mengharu biru, sosoknya yang seringkali jarang di samping anak-anaknya, jarang pula memberikan nasihat-nasihatnya, namun saya yakin bahwa ada seuntai doa yang selalu ia panjatkan untuk anak-anaknya, ada harapan yang tersirat dalam bola matanya, dan ada segenggam keyakinan bahwa ada hasil dari kerja kerasnya. Tak pernah ia menghitung-hitung waktu yang sudah dikorbankannya, tak pernah ia menghitung uang untuk membiayai sekolah dan kehidupan keluarganya, dan setiap orang pasti memiliki keyakinan yang sama bahwa ia hanya ingin melihat anak-anaknya berhasil. Tak pernah pula ia mengharapkan pamrih.

Dulu saya tidak pernah mengerti, mengapa ia tidak pernah mengatakan secara langsung rasa sayangnya kepada kami, mengapa ia begitu diam untuk setidaknya mengatakan “apa kabar hari ini sayang?”, atau hanya sekedar mengatakan “sayang” kepada anak-anaknya. Ia begitu kaku dalam sosoknya sebagai seorang ayah. Namun itu adalah pikiran anak kecil yang haus akan cinta dan kasih sayang secara nyata. Setelah dewasa saya baru menyadari bahwa cinta dan kasih sayang tidak selalu harus diucapkan dengan kata-kata. Cinta dan kasih sayang ada pada jeritan hatinya yang memang tidak biasa untuk diungkapkan, ia hanya bisa mengungkapkan dalam perbuatannya, dalam kerja kerasnya, dalam rasa ikhlasnya, juga amanah dan tanggung jawabnya untuk senantiasa menjadi sosok ayah yang baik.

Ia sangat sederhana, tak pernah jajan di jalan, tak mau pula mencicipi bakso, mie ayam, atau makan-makanan yang aneh lainnya. Ia hanya suka nasi, sayur dan ikan, tak pernah berambisi untuk menikmati apa itu makanan enak. Sosoknya yang sederhana, tak pernah pula mau di ajak ke mal, atau hanya sekedar jalan-jalan di mal, ia menikmati hidup dengan lurus-lurus saja. Saat ini ia sudah pensiun tapi tidak ada pernah ada istilah pensiun baginya. Ia masih produktif, masih melakukan hal-hal yang disukainya, tak pernah sekalipun ia meminta-minta uang pada anak-anaknya dan tak pernah ada istilah untuk merepotkan anak-anaknya dalam kamus prinsip hidupnya.

Dari sosoknya saya banyak belajar namun bukan dari kata-katanya. Sebelumnya sudah saya bilang bahwa ia sangat pendiam. Saya belajar dari beliau dengan perbuatan yang dilakukannya. Dari beliau saya belajar akan arti dari sebuah kesabaran yang luar biasa, membesarkan anak-anaknya, bekerja tak kenal lelah, harus hutang dengan sistem gali lobang tutup lobang, namun dibalik itu dia masih mau menolong sesama. Tak enggan dia menolong siapa saja yang membutuhkan walau kadangkala kami juga kekurangan. Tak pernah ia menyuruh kami berbuat baik namun ia selalu memberikan contoh. Cara ini akan menjadi rumus jitu untuk mendidik anak-anak saya nantinya.

Semakin tua ia semakin jarang bicara, tapi aku bisa merasakan cinta dan kasih sayangnya. Saya sangat merindukan nasehat dan petuahnya, berpelukan dengannya, atau hanya sekedar mendengar kata sayang dari mulutnya. Ada rasa malu ketika harus melakukan itu semua kepadanya, karena kami memang tidak terbiasa untuk melakukannya. Iri rasanya melihat teman-teman yang lain bisa bermanja-manja dengan ayahnya. Tapi itu hanya sekelebat di dalam hati saya karena saya tahu dalam lubuk hatinya ia sangat mencintai kami anak-anaknya.

Moga Bermanfaat

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan kasi komentar demi kemajuan blog ini, tapi jangan memasukkan SPAM yah…

Photobucket

CHATBOX


free counters
Checkpagerank.net Ping your blog, website, or RSS feed for Free PlanetBlog - Komunitas Blog Indonesia DMCA.com
Yahoo bot last visit powered by  Ybotvisit.com Top computers blogs My Zimbio Bloggers - Meet Millions of Bloggers

Pengikut

Empire Page